10% Wajib untuk Buku? Ini Alasan dan Strategi Cerdas Sekolah

Mengapa BOS 2025 wajibkan 10% untuk buku? Ini strategi cerdas sekolah agar alokasi dana tepat sasaran.
alokasi-10-persen-bos-untuk-buku

Pernah nggak sih bre, sekolah lo udah punya banyak buku, tapi siswanya tetap aja males baca? Atau malah belum ada buku sama sekali? Nah, kebijakan BOS 2025 bener-bener nyentil soal ini.

Sekarang, total dari anggaran bos yang dimiliki sekolah minimal 10% dari dana BOS harus dipakai buat beli buku. Nggak bisa ditawar. Tapi kenapa segitu pentingnya?

Kenapa Harus Beli Buku?

Gini ya… Data dari Kemendikbud bilang, 31% sekolah sebelumnya nggak beli buku sama sekali. Akibatnya? Ya jangan heran kalau kemampuan literasi dan numerasi siswa jeblok.

Makanya, sekarang pemerintah serius dorong sekolah investasi ke buku. Bukan cuma buku teks wajib, tapi juga buku nonteks yang bisa bikin siswa melek baca, dari fabel sampai buku sains ringan.

Buku bukan sekadar alat bantu belajar, tapi Jendela Dunia. Tanpa itu, susah banget ngarep anak-anak kita bisa mikir kritis atau ngerti soal cerita panjang.

Baca juga: Panduan Lengkap BOS 2025: Reformasi Dana Pendidikan untuk Masa Depan Indonesia

Buku Apa Aja yang Boleh Dibeli?

Nah, jangan asal beli buku juga ya. Sekolah cuma boleh beli buku yang:

  • Punya rekomendasi dari Pusat Perbukuan

  • Masuk dalam daftar kurasi nasional

  • Sudah sesuai umur dan level pendidikan siswa

Boleh beli buku pengayaan, cerita, atau tematik  asal tetap lewat prosedur resmi, ya.

Kalau kamu beli dari SIPLah, pastiin vendor-nya resmi dan buku udah punya kode buku dari pemerintah.

Gimana Kalau Sekolah Udah Punya Buku?

Pertanyaan klasik: "Gimana kalau stok buku kita udah cukup?"

Jawabannya, dana 10% tetap harus dialokasikan. Tapi bisa buat:

  • Buku nonteks (dongeng, biografi, ensiklopedia, dll)

  • Digital library atau ebook

  • Buku braille kalau ada siswa disabilitas

Jadi tetap fleksibel, asal tujuannya buat ningkatin literasi dan numerasi.

Cek juga: Pusat Perbukuan, SIPLah, dan Buku Elektronik: Ekosistem Buku Sekolah Modern

Strategi Cerdas Biar Dana Buku Nggak Mubazir

Nah bre, ini bagian pentingnya. Dana udah ada, tapi jangan asal habis. Coba langkah ini:

  1. Cek dulu kebutuhan riil sekolah - survei buku yang masih kurang

  2. Libatkan guru mapel buat pilih buku yang sesuai

  3. Prioritaskan siswa: buku apa yang bisa bikin mereka tertarik

  4. Buat jadwal rotasi baca atau book corner di tiap kelas

Dengan cara ini, buku nggak numpuk di perpustakaan doang. Mereka hidup, dibaca, dan bikin anak-anak makin cerdas.

Penutup

Aturan 10% ini bukan beban, tapi suntikan nutrisi buat otak siswa. Sekolah tinggal pintar-pintar atur strategi, pilih buku yang tepat, dan pastikan murid bisa menikmatinya.

Buat operator sekolah, pastiin alokasinya jelas di RKAS. Ini jadi indikator utama pengawasan di tahun 2025 nanti.

Halo! Saya adalah Operator Sekolah yang bertugas di beberapa sekolah negeri dan swasta. Sudah lebih dari 4 tahun saya menjalani peran ini, dan banyak pengalaman berharga yang saya temui. Menjadi OPS bukan cuma soal administrasi. Setiap minggu selalu saja ada hal baru: sistem berubah, aturan diperbarui, dan saya harus terus belajar serta beradaptasi. Memang, pekerjaan ini nggak selalu mudah. Kadang menguras waktu, tenaga, bahkan emosi. Tapi saya menjalaninya dengan hati. Ada lelah, tapi juga ada bangga, karena bisa ikut mendukung kelancaran administrasi pendidikan. Lewat blog ini, saya ingin berbagi pengalaman, cerita, dan ilmu seputar dunia OPS. Semoga bisa jadi referensi dan penyemangat buat rekan-rekan operator sekolah di seluruh Indonesia. Yuk, kita terus tumbuh dan berbagi bersama!