Model Pembelajaran Koding & AI: Mana yang Cocok untuk Sekolahmu?

Kenali berbagai model pembelajaran untuk mengajarkan koding dan AI di sekolah. Dari yang paling sederhana sampai yang canggih, semua bisa disesuaikan

Nggak semua sekolah punya lab komputer canggih. Tapi semua sekolah bisa mulai ngajarin koding dan AI, asalkan tahu model pembelajaran yang tepat.

Artikel ini akan membahas model-model yang bisa diadopsi sekolah dari berbagai jenjang. Siap pilih yang cocok buat tempatmu?

1. Model Plugged vs Unplugged

Model PluggedModel Unplugged
Pakai perangkat (komputer/tablet)Tanpa alat digital, pakai alat bantu fisik
Scratch, Teachable MachineKartu logika, puzzle, papan logika
Cocok untuk sekolah dengan fasilitasCocok untuk sekolah di daerah atau tahap awal

2. Model Project-Based Learning (PBL)

PBL ini bikin siswa lebih aktif, kreatif, dan kolaboratif.

3. Model Problem-Based Learning

Model ini menumbuhkan critical thinking dan analytical thinking.

4. Model Gamifikasi

  • Belajar sambil bermain

  • Menggunakan game edukatif untuk mengenalkan logika koding dan AI

  • Bisa pakai tools: Blockly, LightBot, CodeCombat

5. Inquiry-Based Learning

  • Guru bukan pusat pengetahuan, tapi fasilitator

  • Siswa bertanya, eksplorasi, dan menyimpulkan sendiri konsep AI/koding

Kombinasi Model: Bisa Digabung?

Tentu bisa! Kombinasikan sesuai dengan:

  • Fasilitas sekolah

  • Karakter siswa

  • Kompetensi guru

Contoh:

SD: Unplugged + Gamifikasi
SMP: Project-Based + Inquiry
SMA: PBL + Plugged model (pake laptop)


FAQ

Q: Apa yang paling cocok untuk sekolah desa?
A: Mulai dari Unplugged Coding dan Project sederhana.

Q: Apa model terbaik untuk pelatihan guru?
A: Model Problem-Based Learning karena guru akan terlatih menyusun skenario belajar kontekstual.

Yuk, sesuaikan pembelajaran koding dan AI di sekolahmu dengan model yang pas.
Selanjutnya kita bahas: Tantangan Guru dalam Mengajar Koding dan AI + Solusinya!

Halo! Saya adalah Operator Sekolah yang bertugas di beberapa sekolah negeri dan swasta. Sudah lebih dari 4 tahun saya menjalani peran ini, dan banyak pengalaman berharga yang saya temui. Menjadi OPS bukan cuma soal administrasi. Setiap minggu selalu saja ada hal baru: sistem berubah, aturan diperbarui, dan saya harus terus belajar serta beradaptasi. Memang, pekerjaan ini nggak selalu mudah. Kadang menguras waktu, tenaga, bahkan emosi. Tapi saya menjalaninya dengan hati. Ada lelah, tapi juga ada bangga, karena bisa ikut mendukung kelancaran administrasi pendidikan. Lewat blog ini, saya ingin berbagi pengalaman, cerita, dan ilmu seputar dunia OPS. Semoga bisa jadi referensi dan penyemangat buat rekan-rekan operator sekolah di seluruh Indonesia. Yuk, kita terus tumbuh dan berbagi bersama!